Dalam Mendukung Ketahanan Pangan, Perlindungan Tanaman Berperan Strategis

Posted on 13 00:00:00 April 2015 | by : Administrator | 13308 kali dibaca | Category: Berita Utama


PERLINDUNGAN tanaman berperan penting dan strategis dalam mendukung ketahanan pangan. Peran strategis dimaksud adalah menekan kehilangan hasil sehingga peningkatan produksi pangan tetap terjaga. Kualitas pun juga demikian.

'Langkah perlindungan tana­man ini lebih efektif lagi jika petani dilibatkan secara aktif. Oleh karena itu pemberdayaan petani sekaligus meningkatkan keterampilan terus dilakukan agar paham terhadap perlindungan tanaman tersebut," kata Gubernur Irwan Prayitno belum lama ini.

Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani itu dilakukan melalui Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT). Dilaksanakan selama 1 musim tanam dengan frekuensi pertemuan berkala 1 kali seminggu.

Ditambahkan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar, Ir. H. Djoni, prinsip dasar SL-PHT adalah cara belajar orang dewasa. Tidak ada guru dan murid. Hanya warga dan mitra belajar.

"Lahan usaha tani sebagai sarana belajar dan persoalan yang ditemukan menjadi topik bahasan serta dilakukan pengambilan keputusan untuk ditindaklanjuti," kata Djoni seraya menyebut melalui SL-PHT ini telah dilatih petani Sumbar sekitar 2.500 orang per tahun.

Bahkan dalam rangka menyemarakkan gerakan penerapan PHT ini, Gubemur Irwan Prayitno mencanangkan pelaksananaan SLPHT dengan menibuka SLPHT Padi di Kelompok Tani Hamparan Sigata, Kelurahan Gantiang, Kecamatan Padang Panjang Timur, 14 Mei 2013.

Dalam kesempatan itu, Irwan mengimbau petani untuk mengikuti SL-PHT dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan setiap anjuran petugas lapangan dan meminta pada petani untuk melaksanakan konsep PHT dan mengembangkan pertanian organik serta tidaklagi membakar jerami.

Hlmbauan gubernur dan komitmen perlindungan tanaman yang terus diimplementasikan berbuah kepada dapat ditekannya serangan hama dan penyakit tanaman yang pada gilirannya dapat menekan angka kerugian petani.

Sejak 2010 sampai 2014, luas serangan hama dan penyakit tanaman padi tidak lebih dari 1%. Selain itu penggunaan pestisida juga terlihat sangat rendah berkisar antara 0,13 sampai 0,36 kali per musim tanam.

Ditambahkan Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar, Ir. Arzal, MP sesuai amanat UU No. 12 tahun 1992 dan PP No.6 tahun 1995, perlindungan tanaman dilaksanakan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Dalam konsep ini, perlindungan tanaman dilaksanakan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian hama berdasarkan pertimbangan efektivitas, efisiensi dan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Dalam menekan kehilangan hasil dilakukan berbagai upaya, antara lain pemantauan serangan hama penyakit tanaman (organisme pengganggu tumbuhan/ OPT) dan dampak perubahan iklim (DPI), peramalan OPT dan kejadian bencana alam, serta informasi dini.

Kemudian untuk mendukung peningkatan kualitas pangan dilakukan pula penerapan teknik pengendalian hama yang ramah lingkungan, sehingga produk pertanian aman dikonsumsi dan tidak membahayakan lingkungan.

Di Sumbar dikembangkan agens hayati (organisme pengendali hama) dan bahan nabati sebagai sarana pengendalian hama. Implimentasinya melalui institusi masyarakat, yaitu Pos Informasi dan Pelayanan Agens Hayati (Pos IPAH). Secara teknis Pos IPAH merupakan perpanjangan tangan Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit dan Pengembangan Agens Hayati (LPHP dan PAH).

Untuk menyiapkan pangan yang sehat dan berkualitas serta bernilai gizi tinggi dikembangkan pertanian organik. Di Sumbar mulai dikembangkan pada awal 2000 dengan didirikannya Institut Pertanian Organik (IPO) di Aie Angek Tanah Datar dan terus berkembang ke berbagai daerah.

Untuk mendukung pengembangan pertanian organik, khusus untuk melakukan penilaian dan sertifikasi didirikan Lembaga Sertifikasi Organik (LSG) Sumbar.

Perkembangan pertanian organik sejak 2010 sampai 2014 terlihat mengalami kemajuan. Jika dilihat dari luas pertanian organik mengalami peningkatan, pada 2010 mencapai 750 hektare di 2014 mencapai 1.445,5 hekta dengan peningkatan rata-rata I5% per tahun.

Di sisi lain dipaparkan Kepala Badan Ketahanan Pangan Sumbar Ir. H. Efendi, MP, upaya meminimalisir serangan hama penyakit berbuah kepada produksi padi naik terus. Dengan demikian selain dijual ke konsumen dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga dapat dijadikan sebagai csdangan pangan