Giliran Harga Daging Sapi Meroket

Posted on 13 00:00:00 Agustus 2015 | by : Administrator | 3924 kali dibaca | Category: Berita Utama


Setelah harga daging ayam melambung, giliran daging sapi merangkak naik dari Rp 100 ribu menjadi Rp 120 ribu per kilogram. Kenaikan harga daging sapi diklaim akibat kebijakan pemerintah membatasi sapi impor sejak Juli 2015 lalu.

Pedagang daging sapi di Pasar Raya menyadari lonjakan harga daging berimbas melemahnya daya beli masyarakat. Harga daging di pasaran berkisar Rp 100.000–Rp 120.000 per kilogram (Senin, 10/8).

“Daging ini dijual sesuai kelasnya. Paling murah bagian iga bisa dijual Rp 90.000 sekilo,” jelas Hendra, 34, penjual daging di Pasar Raya. Penjualan daging di kios Hendra terus menurun.

“Sebelum harga naik, biasanya sehari bisa menjual setengah ton. Kini dalam sehari hanya habis 300 kilogram daging,” ungkap Hendra.

Daging yang beredar di Pasar Raya dipasok dari berbagai daerah. Bukan hanya daging lokal dari Solok, Pesisir Selatan, Lubukalung Padangpariaman, atau Lampung, tapi juga daging impor dari Singapura.

Boncin, 58, pedagang daging impor di Pasar Raya mengatakan, daging impor dari Singapura biasanya disalurkan melalui Lampung. Boncin mengaku memasarkan daging impor mulai harga Rp 110.000 per kilogram. 

“Harga daging impor sekarang sudah mahal, makanya daging lokal semuanya ikut naik,” ujarnya. Boncin menilai kebijakan pemerintah membatasi daging impor kurang tepat. Menurutnya, yang perlu dilakukan pemerintah adalah menekan harga daging impor agar kembali turun. 

Amri, 50, pedagang daging lokal yang dipasok dari Lampung, mengakui tingginya harga daging lokal sejak Lebaran lalu. Distributor terus menaikkan harga hingga mencapai Rp 90.000 di tingkat distributor. “Paling murah kita bisa jual Rp 100.000,” tutur Amri sembari mengiris daging pesanan pembeli. 

Wati, 41, warga yang ditemui sedang membeli daging, tidak mempermasalahkan pembatasan daging impor supaya tidak bergantung dengan impor. Bagi konsumen seperti Nensi, 50, yang penting harga daging bisa turun.

“Kasihan rakyat kecil, kalau daging terus naik yang makan daging nanti cuma orang kaya,” tutur Nensi yang hendak memilih daging di Pasar Raya.

Beralih ke Ayam

Tingginya harga daging berdampak pada usaha rumah makan. Beberapa pemilik rumah makan menyiasatinya dengan memperkecil potongan daging untuk rendang dan masakan lainnya.

Hermina, 51, pemilik Rumah Makan Alam Sari di Jalan Prof Dr Hamka, membeli daging seharga Rp 95.000 - Rp 100.000 per kilogram saat harga di pasaran berkisar Rp 100.000-Rp 120.000. “Saat harga naik, tentu potongan daging jadi lebih kecil,” tuturnya.

Pemilik rumah makan yang sehari-hari memasak daging untuk rendang dan cancang itu, terpaksa menghemat pemakaian daging untuk menghindari kenaikan harga. “Tidak mungkin menaikkan harga, pembeli bisa sepi,” tutur Tila, 29, pemilik rumah makan di kawasan Jati. 

Minat masyarakat terhadap menu masakan daging pun menurun. Diakui Tila, sebelum harga daging terus naik, ia bisa menjual sepuluh kilogram daging dalam sehari. “Sekarang paling enam kilo. Orang lebih banyak beralih ke ayam,” ucap Tila.

Hal ini diakui Budi, 39, yang sehari-hari menunggui rumah makan di kawasan Jati. Dalam sehari hanya menghabiskan daging dua hingga tiga kilogram. “Kita lebih banyak jual ayam,” jelas Budi. 

Masih Normal

Kepala Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang, Heryanto Rustam mengatakan, harga daging yang berkisar Rp 110 hingga Rp 120 ribu masih terbilang normal.

“Petugas kami sudah memantau perdagangan daging di pasaran Kota Padang, kondisi masih sangat aman dan terkendali,” ujarnya.

Kendati demikian, kata Heryanto, meroketnya harga daging di Pulau Jawa harus cepat diatasi pemerintah pusat, agar tidak merambat ke pasaran Sumbar. “Kalau tidak cepat ditindaklanjuti harga tersebut memang rawan,” ulasnya.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak sapi, kata Heryanto, diupayakan program suntik birahi terhadap sapi betina se-Kota Padang. “Ini langkah konkret kami untuk mewujudkan ketahanan pangan daging,” pungkas Heryanto.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) Kota Padang, Hendrizal Azhar mengklaim terus memantau harga daging. “Jika kenaikannya signifikan, akan dikoordinasikan dengan dinas-dinas terkait,” ujar Hendrizal Azhar.

Hendrizal mengatakan, pasokan daging di Padang lebih banyak berasal dari peternakan lokal. “Harga normal penjualan daging itu berkisar Rp 80.000 per kilogram,” tutur Hendrizal. (Sumber: koran.padek)